Memaknai Rahim

Tidak ada satupun manusia yang mau dinilai berharga atau tidaknya berdasarkan menikah atau tidak, punya anak atau tidak, seberapa banyak harta yang dimiliki, atau berbagai label lain disematkan pada seseorang. Jangan menilai orang lain seperti itu ya! Cerita rahim setiap perempuan berbeda-beda, berikut ceritaku memaknai rahim sebagai endometriosis survivor.

Pengertian endometriosis

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat tumbuh di indung telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina atau rektum (bagian akhir usus yang terhubung ke anus). Ketika menstruasi jaringan endometrium di dalam rahim akan meluruh, begitu juga yang ada dilaur rahim. Perempuan dengan endometriosis, masih ada peluang untuk hamil.

Masyarakat di Indonesia, jika 8 tahun menikah belum punya anak tak jarang akan ada pertanyaan, "kok belum punya anak? Baru nikah ya? Apa nunda dulu?" dan beragam ucapan semacamnya yang terasa panas di telinga. Aku sudah cukup kebal, tapi lumayan panas di hati jika ucapan itu datang dari orang tua. Untungnya suami selalu bisa membesarkan hatiku.

Pengalamanku jadi Endometriosis Survivor

Long story short, tahun 2011 aku mengalami sakit yang luar biasa. Mau nggak mau harus periksa ke dokter SpOG. Dokter pertama mengatakan ada kista coklat sebesar 9 cm dan harus segera dilakukan tindakan operasi. Berusaha ke dokter lain untuk second opinion, siapa tau masih bisa diobati saja tanpa operasi. Aku periksa ke 2 dokter SpOG lagi, dan semua hasilnya sama. Aku harus operasi! Aku Shock!

Akhirnya aku nyerah, keesokan harinya aku operasi untuk pertama kalinya selama hidup. Rasanya? Sungguh tidak enak! Aku hanya dibius separuh, jadi operasi dalam keadaan sadar. Berkali-kali aku minta lepas pasang oksigen ke perawat yang ada di sebelahku. Setelah operasi, itu adalah hal yang paling sakit ketika perlahan obat biusnya perlahan hilang. Dari hasil operasi dihasilkan 2 botol 1,5 liter air mineral berisi cairan kista coklat dan satu indung telurku diambil karena sudah parah kena kistanya. Namun masih ada harapan untuk aku bisa hamil, karena masih tersisa satu indung telur.

Tahun 2013 aku menikah, Alhamdulillah suamiku tau kondisi kesehatanku dan menerimanya. Alhamdulillah setelah 8 bulan menikah aku hamil secara alami.  Testpack 2 garis tapi yang satu masih samar dan aku mengalami flek. Aku sempat dapat firasat buruk melalui mimpi, namun aku tepis. Setelah dievaluasi sampai usia kandungan 12 minggu, dokter menyatakan janinku tidak berkembang (blight ovum) itu artinya aku harus dikuret. 

Pasca kuret, aku belum pernah positif hamil lagi. Kami mencoba program hamil, dari mulai suami tes sperma, aku tes HSG sampai mengikuti saran untuk pengobatan alternatif. Ternyata dalam perjalanannya, ujian tidak hanya fisik namun juga mental. Aku dan suami pernah berada di titik terendah dalam berumah tangga. Alhamdulillah kita bisa melewatinya bersama-sama, atas izin Allah tentunya.

Teman yang ku kenal punya cerita menarik terkait menunggu momongan ini. Akhirnya aku berinisiatif untuk membuat WhatsApp grup untuk pejuang program hamil. Dari grup WA tersebut makin beragam cerita yang dialami teman-teman seperjuangan, hal tersebut jadi penyemangat kami untuk selalu bergandengan tangan saling support. Sesekali aku membagikan informasi terkait kesehatan reproduksi. 

Ikut Komunitas Endometriosis Indonesia

Selang beberapa tahun aku menemukan satu komunitas yang aku cari selama ini, akhirnya aku bergabung dengan teman senasib yaitu endometriosis survivor. Berbagai macam cerita serupa tapi tak sama di share, hal ini membuatku bersyukur sekaligus terharu. Bersyukur karena perjuanganku tidak seberapa, ternyata ada yang lebih luar biasa daripada aku, terharu karena menemukan teman-teman senasib yang merasakan hal yang sama.

Nyeri menstruasi yang dialami endometriosis survivor sungguh luar biasa, kualitas hidupnya sudah pasti terganggu. Terutama cerita ketika tiba-tiba harus Cancel janji temu karena nyeri menstruasi yang tak tertahankan. Ijin tidak masuk kerja sudah makanan tiap bulan bagi wanita yang bekerja kantoran. Cerita yang seperti ini yang bikin aku ngangguk-ngangguk sendiri karena aku tau rasanya.

Selain sharing cerita, tukar informasi terkait praktik dokter rekomendasi teman-teman endometriosis survivor, komunitas ini juga mengadakan kulzoom, webinar, instagram live dengan mendatangkan narasumber yang keren serta judulnya selalu menarik. Teman-teman bisa follow instagram endometriosis.indonesia jika ingin dapat informasi terkait informasi tersebut.

Memaknai "Rahim"


Sampai pada akhirnya, satu-satunya pilihan solusi yang aku nyaman lakukan serta sesuai dengan kondisiku saat ini adalah belajar untuk mengubah pola hidup sehat. Aku belajar bagaimana menyembuhkan fisikku dan juga mentalku (holistic cares). Tugasku istikomah untuk perbaiki hormon agar seimbang, kalau sehat ibadah kepada Allah juga nyaman. Kalau masalah momongan itu hak Allah. Ujian ini mengajarkan aku belajar ikhlas menerima Qada dan Qadar dari Allah SWT. 

Aku belajar dari sebuah hadist Qudsi; “Akulah Tuhan dan Aku adalah Yang Maha Pengasih. Aku ciptakan rahim, dan Aku berikan kepadanya nama yang berasal dari Nama-Ku sendiri (Ar-Rahim). Maka barang siapa “memutuskan” rahim, niscaya Aku akan memutuskan (dia dari-Ku). Dan barangsiapa “menyatukan” rahim, Aku akan menyatukan diri-Ku dengan-nya.” (Sahih AL-BUKHARI 5989. The wording here ia fron At-Tirmidhi 1924). 

Aku renungi betul kata-kata di dalamnya, seolah Allah sedang berkomunikasi secara personal denganku. Silaturahim! Ini menarik! Banyak pertanda, seolah aku diingatkan harus membangun kedekatan dengan sepasang sayap malaikat duniaku. Aku terhenyak, aku tersadar. Ternyata orang yang paling dekat sepanjang hidupku, belum cukup aku kenal dekat. Saat ini hal inilah jadi fokus utamaku sekarang.

Tetap semangat teman-teman yang sedang menghadapi tantangan hidupnya masing-masing. Tuhan tidak melihat hasil akhir kita, namun Allah melihat proses apa saja yang sudah kita lakukan selama menjalani Qada dan Qadar-Nya. Banyak pelajaran dari Para Nabi yang ada di AL-Qur’an untuk kita jadikan pedoman hidup dan suri tauladan di dunia ini. Wallahualam bisawab.