Quarter Life Crisis

Siapa yang relate dengan quote ini “manusia itu lebih termotivasi untuk menghindari kejadian buruk, dibandingkan mengejar kejadian baik.” Berarti teman-teman sama seperti aku. Hal ini yang membuat aku bertanya-tanya tentang passion, dan keresahan-keresahan di usia seperempat abad atau biasa disebut Quarter Life Crisis.

Pengertian Quarter Life Crisis

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), passion adalah kegemaran, gairah, keinginan yang besar, semangat, emosi, kemarahan dan kegemasan. Sedangkan menurut Wikipedia, passion adalah sebuah perasaan antusiasme yang sangat kuat pada seseorang untuk melakukan ataupun mengerjakan sesuatu. Sedangkan Quarter Life Crisis (QLC) adalah periode pencarian jati diri yang biasa terjadi di usia 20an sampai 30an tahun. Biasanya ditandai dengan munculnya kebingungan akan pilihan hidup sampai apa sih tujuan hidupnya. 

Kita tidak akan pernah tau apa passion kita jika kita tidak pernah mencobanya. Sampai pada akhirnya aku belajar banyak hal yang aku sukai, mulai permakultur, hidup zero waste, sustainable living, menggambar, ilmu parenting sampai belajar mental health juga. Akhirnya sempat burnout, artinya suatu kondisi kelelahan emosional, fisik dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan. Aku butuh jeda, aku ingin menepi sendiri. Aku terlalu berlebihan belajar, hanya nafsu cari ilmu namun kurang mengamalkannya.

Quote Seneca

Saat melakukan jeda itu aku tersadar bahwa, “Man Arofa Nafsahu Faqad Arafa Robbahu” artinya barangsiapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Justru di saat melakukan jeda (pada saat sendiri dan sepi), benang merah dari semua ilmu yang aku pelajari mulai terlihat. Tidak semua manusia diberi “ilmu” oleh Allah SWT seperti ini. 

Ada pernyataan menarik dari ulama Quraish Shihab; ilmu itu tidak dapat menciptakan keimanan, bahkan Nabi ataupun ulama juga tidak mampu, karena yang bisa menciptakan keimanan hanyalah Allah. Namun, adanya ilmu dapat menambah dan memperkuat keimanan karena bisa menampik segala keraguan dengan menggunakan argumen yang mudah diterima. 

Kenali diri? Berilmu? Krisis di usia duapuluhan. Maksutnya?

Banyak istilah bermunculan, sampai-sampai ada kamus anak Jaksel (silahkan Googling sendiri ya). Semakin usia bertambah semakin sadar bahwa ini tentang perjalanan hidup manusia dan setiap orang beda cerita perjalanan hidupnya. Aku ingat pelajaran sekolah dulu, manusia mulia daripada ciptaan makhluk Allah yang lain adalah adanya AKAL. Kalau fisik butuh makanan bergizi untuk tumbuh, nah kalau fikiran ternyata butuh ilmu untuk bertumbuh (berkembang). Jadi jelas kenapa Allah menurunkan ayat pertama Al-Quran pada Rasulullah itu IQRA (bacalah). Dari sini bisa nyambung ya? Belum juga? Oke lanjut cerita.

Ceritaku tentang Krisis Hidup di Usia Seperempat Abad

Aku yang terbiasa sibuk, ulet alias ubet (bahasa Jawa) jadi mati gaya ketika dihadapkan pada fase hidup baru. Pada saat itu usiaku 25 tahun akhir menikah, di umur 26an aku pindah ikut ke kota suami kerja. Intinya aku hanya istri rumah tangga murni, karena kita hanya tinggal berdua saja dengan suami ketika dia kerja dan tugas rumah selesai aku mati gaya. Aku coba peruntungan jualan online gagal! Aku merasa ada di titik terendah rasanya (pada saat itu), harus lakukan apa lagi ya? Ternyata kuliah aja nggak cukup, aku butuh skill yang bisa jadi peluang usaha.

Kabar baiknya aku tinggal di kota besar Jawa Timur, informasi pelatihan tidak sebanyak sekarang. Suatu kebetulan aku dapat informasi pelatihan pijat dan spa bayi. Tahun itu masih jarang pelatihan ini, sekarang udah banyak sekali yang berlomba-lomba bikin pelatihan serupa. Mulai dari situ tekatku menambah skill/keterampilan apa saja aku lakukan sampai sekarang. Aku juga sempat jadi pengoleksi pdf, numpuk materi tapi minim praktik padahal yang namanya skill itu butuh latihan terus-menerus biar nggak hilang.

Semakin tahun pelatihan dan ilmu gratis bertebaran dimana-mana, apalagi adanya pandemi di tahun 2020 yang mengharuskan semua orang di rumah saja. Kalau sebelum pandemi kendalaku mencari ilmu itu jarak, sekarang kendalaku cuma “muat nggak itu otak nampung banyaknya informasi?” Setelah melakukan safari ilmu selama kurang lebih 10 tahun ada benang merah yang aku ambil, jadilah profesional.

Krisis Hidup Pengaruhi Sudut Pandangku Memaknai Hidup


Lika liku hidup yang aku alami, baik itu jalan yang aku pilih maupun jalan yang Allah pilihkan untukku membuat aku sadar harus fokus ahli disalah satu bidang keilmuan. Namun, intisari alias benang merah dari semua keilmuan adalah Tuhan. Setiap ilmu membuat aku terpana akan kebesaran dan keagungan Tuhan. Latar belakang ilmu yang aku pelajari di bangku kuliah adalah kesehatan, namun aku menemukan AHA moment pada Allah ketika ikut kelas kepenulisannya Dewi Dee Lestari (Bu RT sebutan kami anak kaizen writing). 

Kok bisa? 

Allah punya cerita lucu buat “nyadarin” hamba-Nya 😄 unik!

Aku tercengang bagaimana metode nulis sebuah cerita (teori manusia) bisa kepikiran betapa luar biasanya Allah ketika membuat semesta yang bernama Al-Quran. Allahuakbar! Kalau bukan atas seizin Allah kok bisa-bisanya aku mikir sampe sana, ini jadi spiritual journey-ku. Sayangnya aku nggak bisa jelaskan ini ke kalian, karena ini komunikasi antara aku dan Allah pada saat itu. Semakin yakin kalau Al-Quran itu bukan buatan manusia, bukan pula Rasulullah, itu “kalamullah”. Ngomong-ngomong sebelum ikut kelas Dee aku sudah mengimani ini ya, tapi tetap saja materi dari Bu RT bikin aku “mindblowing”.

Artikel ini aku selesaikan di hari terakhir aku ikut kelas online, bisa jadi ini kelas online-ku yang terakhir. Bisa jadi aku ikutan lagi kalau ada tema yang menarikku ikut serta, we never know. We’ll see. Satu yang pasti aku sudah menemukan apa yang akan jadi fokusku, tugasku pelajari lagi materi yang sudah aku dapat selama ini dan banyakin praktik sampai ahli. So, kalau ada yang ngerasa ngalamin “Quarter Life Crisis” ikuti aja perjalanannya. Tidak ada salah benar, yang ada cari benang merah kalian! Ketika kalian melihatnya, tarik dan ambil. Semoga kalian menemukan “benang” kalian ya. Ceritain di kolom komentar kalau ada yang mau berbagi atau punya pengalaman yang sama denganku. 

Kembali ke quote diatas, awalnya aku mencari ilmu karena aku takut tidak diakui oleh orang lain. Aku harus punya suatu karya agar aku “menghasilkan”. Kenapa aku harus menghindari hal buruk yang belum tentu itu terjadi? Kenapa tidak mengejar hal baik yang sebenarnya sederhana, yaitu bersyukur dan Istiqomah melakukan apa yang ada di depan mata kita saat ini. Tuhan tidak kemana-mana, Dia ada didekat kita, banyak hal baik yang sebenarnya ada di dekat kita. Sadari!